link

Jumat, 22 Desember 2017

-22- Qodarullah,,, Selamat Hari Ibu

Beberapa waktu yang lalu, di sebuah grup emak-emak ada chat masuk “Kenapa akun FB nya mak INI dinonaktifkan ya?, jadi khawatir nich Mak,, kan biasanya aktif banget di Facebook,,
Pada chat yang lain, emak lain menjawab, “Oh iya, emak INI lagi fokus penyembuhan”
“Astaghfirullah,, sakit apa Mak?”
“Katanya sich lagi nyembuhin emosi kejiwaannya gitu”

Cek per cek, emak yang sangat aktif berbagi di FB itu yang setiap saat ada saja postingannya di beranda karena dia juga seorang pelaku online shop, sedang mengalami depresi. Tidak tanggung-tanggung, sudah tiga tahun lamanya.

Yaa, awalnya cuma stress, tak tersalurkan, lama-lama bertambah kadarnya hingga sampai merasa ingin mengakhiri hidupnya.

Dia menyadari semua yang terjadi pada dirinya, dia ungkapkan kepada suaminya, bahwa dirinya perlu penanganan karena pada dasarnya di dalam dirinya ada yang tidak beres, satu kata DEPRESI. Suaminya menolak keadaan itu, dia yakin bahwa istrinya baik-baik saja hanya emosi sesaat.

Alhamdulillah, akhirnya dia tertangani, pulih sedikit demi sedikit dan akhirnya bisa bercerita banyak kepada kami.

Dia cerita kalau kamu seorang ibu-ibu merasa stress, suntuk galau dan kamu sudah melakukan me time, stress mu belum hilang, waspadalah. Dia selalu menginginkan keadaan seperti dengan harapannya. Dia selalu ingin seperti dulu seperti saat-saat dimana ibunya masih ada, suaminya masih dengan pekerjaannya dulu. Semakin dia berusaha melupakan semua itu semakin rasa itu muncul.

Dia bilang ketika saat-saat stress melanda, dia tak bisa mengurus anak, entah sudah berapa sapu terpatahkan ketika dia sedang depresi melanda. Trus siapa yang urus anak? Suaminya, meski awalnya tak percaya apa yang terjadi pada istrinya namun akhirnya dialah yang mendampingi selama penyembuhan.

Dia mengingatkan, hati-hati Mak dengan sesuatu yang membuat trauma, terutama kepada anak-anak karena ini akan terbawa dan sebagian tidak bisa melupakannya. Selama dia melakukan rehabilitasi dia bertemu dengan orang-orang yang penuh dengan trauma masa kecilnya.

Astaghfirullaahal’adziim..

Saya berkaca pada diri saya sendiri, betapa seringnya saya tak sanggup menahan emosi terhadap anak-anak. Sudah berapa banyak suara meninggi yang diucapkan dari lisan ini, sudah berapa banyak tatapan mata marah yang ditujukan padanya.
Oh Ya Allah, hilangkan dari pandangan dan ingatan mereka kelalaian akan mata, ucapan maupun tangan kami yang menyakiti.

Saya menelisik dalam hati dan diri ini, adakah trauma kecil saya yang belum terlepaskan sehingga semua itu tertumpahkan kepada orang-orang dihadapan saya saat ini yaitu pasangan dan anak-anak. Berpikir.. mengingat.. dan saya rasa tidak ada, lalu apakah ada penyebab lain?

Pesan dari Mak tadi yang sedang kembali menatap dunia baru, Suatu perasaan dimana kita ingin sesuatu yang terjadi sesuai dengan harapan kita, dan kita tidak sanggup jika hal yang terjadi lain dari harapan. Yach.. sering begitu merupakan salah satu sumber kesetressan seorang emak-emak.

Misal seperti apa yang terjadi pada diri saya, saya berkeinginan ketika suami saya mutasi tempat baru sesuai dengan harapan dan angan-angan, ternyata haha,, jauh emak-emak,, Apa yang terjadi? saya sering menggerutu, membandingkan, ya sedikit-sedikit emosi.

Akhirnya saya mulai menyadari ada satu kata yang hilang, apakah itu? QODARULLAH.. Ya Qodarullah Wa Maa Sya a fa’al..
Dalam hal kecil saja misalnya, ketika kita berharap kakak-kakaknya akan tenang ketika kita sudah susah payah menidurkan si kecil agar kita bisa mengerjakan pekerjaan lain dan tiba-tiba terbangun karena kakak-kakaknya lompat-lompat di ranjang, kalau kata Qodarullah tak muncul yang ada adalah emosi dan berakhir marah-marah..
Atau misalnya ketika kita mengajak anak-anak beres-beres rumah karena sebentar lagi ayah pulang dari luar kota, haha ceritanya mau ngumpetin berantakan selama ditinggalkan, ketika mereka sudah siap dan setuju tiba-tiba si sulung berubah pikiran dan mengajak adiknya main sepeda diluar, sang adik tampak ragu lalu berkata, “mau bantu bunda beresin mainan” meski beberapa saat kemudian dia ikut keluar dan dua menit setelahnya terdengar suara tangis menggelegar, di depan pintu sudah ada anak yg dibawa sama tetangga dalam keadaan bibir jontor, mulut berdarah, dahi lecet-lecet ternyata dia nyungsep saat main sepeda,,
Ya Allah seandainya tadi di dalam rumah saja,,, itu yang terpikir kalau Qodarullah tak diikutkan serta.
Gejolak pasti ada sudah kerjaan rumah tak selesei, anak bonyok-bonyok. Marah-marahlah dengan anak sulung. Namun jika Qodarullah yang muncul hati lebih tenang.
Pun saat-saat ini ketika Qodarullah saya ikutkan, ketika saya berusaha sekuat tenaga mengerem kata-kata menggerutu akan tempat tugas yang baru, Allah suguhkan ketenangan dan penerimaan. Qanaah dan rasa syukur yang selalu kita harapkan muncul dalam segala keadaan.

Qodarullah bukan berarti kita pasrah tanpa ikhtiar, ya karena Takdir itu rahasia yang bisa kita lakukan adalah melakukan sebaik-baiknya.
Dalam semuanya hal kecil maupun hal besar seperti mendidik anak. Misal buku-buku parenting sudah kita lahap namun kesabaran tak juga membaik, qodarullah kita harus semangat lagi dalam belajar kesabaran, tenangkan pikiran.

Seperti dalam surat Al Fajr
“Wahai jiwa yang tenang, Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridho lagi diridhoi-Nya, maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah kedalam surga-Ku”

Berharap dengan ketenangan akan menumbuhkan solusi dari segala kegalauan dan kecemasan. Dengan jiwa Ibu yang tenang, jiwa ibu yang selalu mengikutkan kata qodarullah, jiwa ibu yang menyertakan Allah akan lahir ibu sehat jasmani rohani dalam meniadakan trauma jiwa-jiwa kecil yang kita cintai
Murabbi sejati adalah Allah ta’ala, kita seorang ibu hanya fasilitator untuk anak-anak kita tercinta

Selamat Hari Ibu
Semangat Jadi Ibu

Dari Ibu yang masih belajar mengikutkan kata Qodarullah,,

Wanggudu, 22 Desember 2017

#MenulisAsyikdanBahagia



Jumat, 20 Oktober 2017

-21- Katiri Sala, Challenge Rumbel Masak IIP

Mulai Oktober ini, saya bergabung dengan rumbel masak IIP, karena saya lagi berdomisili di Sulawesi, bergabunglah dengan Rumbel Masak IIP Sulawesi. Apa itu Rumbel masak? Rumbel itu rumah belajar, komunitas ibu-ibu IIP untuk belajar bersama. IIP itu apa? IIP singkatan dari Institut Ibu Profesional, komunitas ibu-ibu untuk belajar menjadi ibu yang sesungguhnya baik di ranah domestik maupun berkiprah di luar.
Kembali bahas masak ya,, masak itu eksistensi seorang wanita, betulkah? kurang lebih begitu mungkin ya,,
Saya sering baper lihat beranda penuh masakan enak-enak,,
Masak itu ‘me time buat saya’, saya biasanya masak yang simpel-simpel saja, cepat seadanya, kalau saya masak yang detail-detail dengan resep-resep itu me time bagi saya, saya kerjakan malam saat krucil sudah bobo.
Rumbel masak ini setiap bulannya ada challenge yang harus dikerjakan, seru kayanya, semoga bisa istiqomah ngerjain challenge ya,,
Challenge bulan Oktober ini membuat Katiri Sala, makanan tradisional Bugis-Makassar. Mau tahu resepnya?

Katiri sala
Bahan:
1/2 liter beras ketan, rendam 2-4jam
Santan
Garam secukupnya
Gula merah serut 2gelas
Gula pasir 2atau 3 sdm
Telur 6 atau 7 butir
Santan kental 3sdm

Cara:
1. Remas2 beras ketan yg sdh direndam.
2. Kukus sampai setengah matang
3. Angkat.
4. Pindahkan ke wadah yang lebih besar.
5. Tambahkan santan sampai berasnya tertutup santan.
6. Tambahkan garam(sesuai selera). Aduk rata.
7. Kukus kembali sampai matang.
8. Dalam keadaan panas, ratakan ketan dalam loyang yang sdh dialasi daun pisang/plastik khusus makanan
9. Panaskan kukusan. Masukkan ketan yg sdh dicetak di loyang. Tunggu sampai panas/airnya mendidih.
10. Sambil menunggu kukusan panas, blender gulmer, telur,santan kental sampai berbusa/gula merahnya larut semua.
11. Kocok adonan yg sdh diblender.
12. Masukkan kocokan telur di atas ketan.
Alasi tutup panci dengan serbet utk menghindari uap air yg menetes.
13. Kukus sampai matang

Tips: setiap 5-8 menit tutup kukusan dibuka. Spy adonan tetap mulus.
Biasanya, kalau terlalu lama baru dibuka mengakibatkan adonan bergelombang.

Selamat mencoba

Kemarin saya bikinnya setengah resep, jadi tipis banget lapisan atasnya alias belum berhasil, lain kali dicoba lagi





Minggu, 18 Juni 2017

-20- Pohon Literasi (2)

Game Level 5, 9 Juni 2017

Hari ini melanjutkan game level 5, Menstimulasi Anak Suka Membaca.

Kakak Fahmi sudah ada ketertarikan untuk belajar membaca, kami mulai mengajarkannya. Suka-suka anaknya saja, kami ga pernah memaksa. Porsi dibacakannya masih diperbanyak.

Tentang pohon literasi dimanfaatkan oleh ayahnya untuk memberikan reward kemandirian-kemandirian anak-anak, sudah dikasih tahu, ini pohon khusus pohon membaca, tapi sudah terlanjur di tempel, ya sudahlah jadi ada daun mandi, daun mengaji, daun sikat gigi ^^

Malam ini kami membaca buku yang sama, aku cinta Rasulullah, kali ini bagian beginilah Rasulullah bangun tidur. Saya suruh gunting sendiri daunnya dan menempelnya di pohon


#GameLevel5
#Tantangan10Hari
#KuliahBunsayIIP
#ForThingsToChangeIMustChangeFirst

-19- Pohon Literasi (1)

Game Level 5, 8 Juni 2017

Materi kuliah di Institut Ibu Profesional kali ini keren banget, bagaimana caranya melatih anak suka membaca. Ada yang mengatakan lebih baik mengajari anak suka membaca daripada mengajari anak membaca sejak dini.

Tantangan 10 hari di materi ini pun tidak kalah keren , yaitu membuat pohon literasi. Jadi kita atau anak kita membaca suatu buku bacaan setelah itu tulis di daun judul bukunya kemudian tempel di pohonnya. Semakin banyak membaca semakin lebat daunnya.

Kali ini yang mengikuti tantangan itu dua bocah saya Fahmi (5y) dan Umar (3y). Sebenarnya emaknya juga mau ikutan, tapi karena habis pindahan, buku-buku emaknya belum sampai ^^

Pertama-tama Bunda bikin gambar pohonnya, coret-coret jadi dech


dan daunnya seperti ini

Siaplah di eksekusi
Malam harinya kami mulai membaca buku, hari pertama tantangan judul bukunya Aku Cinta Rasulullah bagian beginilah Rasulullah tidur, selain membaca langsung dipraktekkan karena waktunya tepat sekali yaitu menjelang tidur.

Tantangan hari pertama ini hanya kakak Fahmi yang dapat daun, kakak Umar tidak dapat karena malah sibuk sendiri selama dibacakan buku.

#GameLevel5
#Tantangan10Hari
#KuliahBunsayIIP
#ForThingsToChangeIMustChangeFirst


Minggu, 12 Maret 2017

-18- Mainan Harus Dirapikan (3)

Pelan-pelan meski harus diingatkan setiap saat, anak-anak melakukan juga

Hari ini anak-anak merasakan buah dari merapikan mainan. Mainan miniatur kereta dengan jalur-jalurnya yang selama ini tidak ketemu semuanya, hari ini ketemu sehingga bisa dirangkai. Ada sih yang tidak ketemu tapi tidak berpengaruh signifikan.

Waktu yang tepat untuk Bunda, sedikit cuap-cuap betapa pentingnya merapikan mainan.

#Level2
#KuliahBunsayIIP
#MelatihKemandirian

-17- Belajar Cebok Sendiri (3)

Biasanya kakak Fahmi dan kakak Umar yang habis pulang sekolah ikut Bunda ke kantor, hari ini karena kakak Umar tidur, kakak Fahmi Bunda minta tinggal di rumah jagain adeknya. Ditinggal ke kantor cuma 2 jam dari jam 2 sampai jam 4 sore.

Ting.. tong.. ting.. tong..

Jam 4, Bunda pulang. Kakak Fahmi sudah ganti baju dan wangi. Baru cerita, rupanya tadi Kakak Fahmi berasa mau BAB, dan mempraktekkan cara cebok sendiri yang sudah diajarkan.

Alhamdulillah.. Taraa berhasil.. bisa cebok sendiri.

#Level2
#KuliahBunsayIIP
#MelatihKemandirian

Sabtu, 11 Maret 2017

-16- Masukkan Pakaian Kotor pada Tempatnya

Kembali lagi ke pakaian kotor, huhuhu ini kayanya belum ada progress yang membanggakan. Pakaian kotor yang habis dipakai masih tersebar dimana-mana.

Pembiasaan memang tak boleh putus, kadang saya lebih suka langsung main ambil-ambil saja, mengenai masalah baju kotor ini. Kan lebih cepat daripada harus cuap-cuap.

Baiklah kita coba lagi
Semangat..semangat..

#Level2
#KuliahBunsayIIP
#MelatihKemandirian

-15- Mainan Harus Dirapikan (2)

Edisi emakmu bukan emak setrong selanjutnya. Anak-anak sepertinya selalu ingat dengan janji Bundanya kalau mainan rapi maka akan dibelikan lagi mainan.

Dua orang kakak adek itu saling mengingatkan kalau sudah selesei main. Kadang mereka terlihat saling membantu menyeleseikan beres-beres mainannya.

Kalau kemarin mereka masih memasukkan mainan dalam satu tempat sekarang mulai di pisah-pisah. Saya sediakan satu rak khusus untuk mainannya. Anak-anak suka sekali main lego atau bongkar pasang dan maunya hasil karyanya dipajang. Biasanya mereka marah-marah kalau ada yang senggol sehingga terbongkar. Oke,, jadi sekarang mereka punya semacam etalase sendiri di atas rak mainannya untuk memajang hasil karyanya.

Pelan-pelan, semoga berlanjut bukan hanya karena rewardnya tapi karena tanggung jawabnya.

#Level2
#KuliahBunsayIIP
#MelatihKemandirian

-14- Asyiknya Melipat Baju (2)

Anak-anak kalau judulnya Bermain, pasti akan tertarik. Ketika bunda bilang “Sini, sini, ayo main” Anak akan bertanya “Main apa, Bunda?”. Berbeda kalau bunda bilang, “Duduk sini Nak, lipat baju.

Masih edisi emakmu bukan manusia setrong, makanya harus mendelegasikan beberapa pekerjaan kepada anaknya. Bukan eksploitasi ya tapi melatih kemandirian.

Melipat baju bagi saya termasuk pekerjaan yang wow, kadang tumpukan baju yang menunggu untuk dilipat sampai menggunung.

Mulailah Bunda panggil anak-anak, “Main lipat baju ya” sambil di sodorin sekeranjang baju dan alat pelipat baju ala-ala. Sang kakak pun dengan semangat mulai duduk manis, kakak kedua pun Bunda sodorin alat pelipat baju. Ternyata kurang tertarik. Mulailah dia ambil setrika, dan mulai main setrika-setrikaan, kabel tidak dicolok di listrik. Mereka dengan posisi masing- masing kakak kedua menyeterika, kakak pertama lipat baju, Yang awalnya seperti main-main, ternyata membantu juga karena ketika disetrika berarti baju dijembreng, apa bahasanya ini :-) sehingga pas pindah ke prosesi lipat lebih mudah.

Alhamdulillah,, selesei satu keranjang, baju-baju kecilnya, rapinya ya standar anak-anak lah ya, yang penting masuk lemari :-)

#Level2
#KuliahBunsayIIP
#MelatihKemandirian

Kamis, 09 Maret 2017

-13- Belajar Cebok Sendiri (2)

Bahagia itu kalau kita punya rencana/kegiatan dan suami mendukung seratus persen. Terutama berkaitan dengan perkembangan anak. Setelah beberapa hari ini kakak Fahmi mencoba cebok sendiri. Hari Sabtu Ahad ini mendapat dukungan full sama bapaknya, ketika minta ke bapaknya di cebokin langsung diambilkan air satu ember sambil terus di semangati. Setelah selesei di beri pujian dan dikasih kepercayaan penuh kalo ceboknya kakak Fahmi sudah bersih sesuai standar

Anak juga bahagia ketika mereka menambah keahliannya
Belajar sesukanya namun tetap diarahkan membuat anak bersemangat mencoba dan mencoba
Belajar tanpa paksaan, anak akan belajar sesuatu dengan senang hati
Pemberian pujian sewajarnya akan membuat anak semakin percaya diri

Semangat belajar Bunda dan Anak kesayangan..

#BundaSayang
#KelasBunSayIIP
#Level2

-12- Perpanjangan STNK / Ganti Nomor Plat Kendaraan Bermotor

Hari ini saya dapat perintah Pak Presiden (baca:Presiden Rumah Tangga) menjalankan tugas negara yaitu bayar pajak kendaraan bermotor sekaligus perpanjangan STNK / ganti plat lima tahunan.
Karena perpanjangan STNK maka kendaraan harus dibawa. Hampir satu minggu saya pikir-pikir, bisa ga ya ini,, ( lebay kan :-P). Takut, khawatir. Bukan soal pungli atau calo tapi soal bagaimana saya bawa mobil ke sana. Takut ga bisa parkir, atau bisa masuk tapi ga bisa keluarnya :D. Maklum ya sopir amatir.
Akhirnya hari kamis ini, dengan tekat bulat pergilah ke samsat. Parkir aman. Lanjut pergi ke ATM ambil uang.

Berikut akan saya tuliskan langkah-langkah perpanjangan STNK 5 tahunan/ganti plat

1. Siapkan berkas-berkas

Berkas yang harus dibawa
* STNK asli dan fotocopy
* BPKB asli dan fotocopy
* Fotocopy KTP atas nama yang punya mobil
* Fotocopy KTP yang mewakilkan (kalau yang melakukan perpanjangan bukan pemilik/bukan atas namanya)

2. Mendaftar di loket cek fisik

3. Cek Fisik: dilakukan oleh petugasnya

Kita disuruh buka kap mobilnya, untunglah saya tahu dimana yang harus di tarik :-P
Cek fisik ini dilakukan semacam permainan anak-anak jaman dulu, taruh uang di bawah kertas baru di gesek dengan pensil, muncullah gambar uang jadilah pengganda uang. Nah di sini memakai semacam lakban terus ditempel di bagian yang ada di dalam kap mobil, di gesek pakai pensil muncullah angka-angka ajaib. Yang ini serahkan saja sama petugasnya

4. Isi formulir yang dikasih oleh petugas cek fisik, kembalikan ke petugasnya, nanti akan diserahkan ke kita lagi setelah ditandatangani.

5. Daftar ke loket 1, kita akan dikasih formulir kemudian diisi dan dikembalikan ke petugas loket 1 bersamaan dengan berkasnya dari cek fisik. Dan dapatlah nomor antrian

6. Menunggu sampai dipanggil :-P

Ting.. tong..ting.. tong
Lama banget ini antrian,tergantung tempat masing-masing
yang bikin gondok, pas jam istirahat, petugasnya bilang “Kepada Bapak Ibu yang ganti plat, nanti jam 2 setelah istirahat. Gondok banget kan? kenapa ga bilang dari tadi.. sudah nunggu dari jam 9-12. Mantap dech

7. Setelah dapat panggilan, Bayar di tempat yang ada tulisan kasir

8. Tunggu panggilan lagi untuk ambil STNK

9. Ambil STNK yang baru, cihuyyy

10.Fotocopy STNK, biasanya sudah ada di kantor samsat tinggal tanya saja

11. Ambil Plat Baru

Alhamdulillah.. Horee selesei…
Tips: bawa cemilan atau apalah untuk menghilangkan bosan waktu menunggu antrian

Semoga bermanfaat

Selasa, 07 Maret 2017

-11- Mainan Harus Dirapikan

Memiliki tiga anak dengan jarak yang lumayan dekat itu Subhanallah betul. Sulung umur 5 th, yang kedua 3,5 th dan ketiga 1,5. Kali ini akan membahas mengenai mainan. Alhamdulillah, Saya bersyukur meskipun tidak banyak, saya bisa membelikan mainan. Teringat masa kecil saya tanpa mainan, punya boneka satu saja itupun dikasih tetangga :D

Dengan tiga anak ketika mereka main sama-sama, kebayang kan betapa terhamburnya itu mainan.

Pengen sich ya punya rumah bersih, rapi, kinclong, harum semerbak di seluruh penjuru rumah. Tapi aha.. ga usah muluk-muluk lah ya, karena saya yakin jika rumah saya begitu berarti kehidupan di rumah saya terhenti :D

Saya juga bukan emak yang setrong, bisa stress kalau tak berdamai dengan keadaan.

Oleh karena itu ajaran kemandirian kepada anak-anak harus dilakukan ya. Sedikit demi sedikit pelan-pelan. Belajar bertanggung jawab atas apa yang sudah mereka perbuat.

Mainan adalah salah satu penyebab berantakannya rumah. Namun demikian, mainan inilah yang bisa membuat emaknya tenang memasak atau mandi.

Anak - anak saya belum bisa memainkan aturan “bereskan mainan satu baru ambil mainan berikutnya”
Yang ada mau main, mainkan dech, hambur satu keranjang mainan.
Sekarang pelan-pelan mulai dikasih tahu

#mainan harus dijaga, banyak anak-anak lain yang tidak bisa memiliki mainan. Trus bunda cerita tentang anak-anak yg meminta- minta di lampu merah
#Mainan berantakan, membuat anak- anak tergelincir
#Mainan berantakan susah dicari
#Mainan berantakan gampang hilang

Mulailah anak-anak diminta membereskan mainan sendiri setelah mereka main, diingatkan terus. Dan untuk kesuksesan ini, ada rewardnya, kalau dalam satu bulan bisa membereskan mainan sendiri setelah selesei main, maka akan dibelikan mainan lagi. Saat ini masih dalam tahap asal masuk keranjang

Sabtu, 04 Maret 2017

-10- Letakkan Baju Kotor pada Tempatnya

Melatih kemandirian anak menjadi tanggung jawab orang tuanya.
Entah sejak kapan saya memulainya, rasanya sich sudah lama sekali, saya mengajarkan kepada dua anak saya Kakak Fahmi (5y) dan Kakak Umar (3y) untuk meletakkan pakaian kotor pada tempatnya. Saya siapkan 2 keranjang untuk menampungnya.

Alhamdulillah dua bocu ini sudah bisa mandi sendiri, meski yang kedua masih sering minta tolong untuk dibukakan baju atasannya. Namun dalam urusan meletakkan baju kotor yang habis dipakai ampun,,ampun,, dech. Dimana dia membuka baju disitulah di letakkan. Ditinggalkan begitu saja. Dan mereka belum terbiasa membuka bajunya didalam kamar mandi hiks.. hiks.. Mungkin karena gantungan bajunya terlalu tinggi buat mereka, hehehe kan ukuran orang dewasa.

Sekarang yang bisa saya lakukan adalah mengingatkan setiap mereka buka baju agar segera memasukkannya ke keranjang baju dan sebentar lagi akan saya pasang gantungan baju seukuran tingginya anak-anak

#Level2
#KelasBunSayIIP
#MelatihKemandirian

Rabu, 01 Maret 2017

-9- Asyiknya Melipat Baju


Pernah dengar obrolan Ibu saya dengan temannya mengenai repotnya punya banyak anak.
Teman ibu saya bilang, “Banyak anak itu pusing kasih makannya”
Jawab Ibu saya, “Ah tidak lah, kan bisa makan sendiri-sendiri, yang repot itu cuci bajunya, lipat bajunya”.

Iya juga sich, banyak anak-anak yang sudah beranjak dewasa, sudah jadi gadis dan jejaka, nyuci baju atau melipat baju sendiri belum pernah ia lakukan. Kalau anaknya banyak, kebayang kan seberapa banyak baju-baju yang dipakai, satu gunung lah. Dan memang pekerjaan melipat baju ini bagi saya, luar biasa -ga sempat :-)-

Berawal dari situ, saya mencoba memberdayakan anak-anak yang berumur 5 tahun dan 3 tahun untuk melipat bajunya sendiri, hihihi..
Anak-anak itu kalau judulnya bermain biasanya akan tertarik. Mari kita ajak anak-anak bermain sambil belajar dan sekaligus membantu bundanya :-D

Pernah lihat di FB alat bantu melipat baju, di jual di online-online shop, kayanya cocok untuk mainan anak-anak.
Dan ternyata ada orang-orang kreatif yg bikin imitasinya dari kardus,, kereen..
Saya coba membuatnya

1. Siapkan kardus bekas



2. Potong sesuai pola berikut



3. Rekatkan dengan lakban sesuai pola



4. Siap digunakan





Kakak Fahmi dan Kakak Umar asyik sekali lipat baju begini. Lumayan seabrek bajunya adik Aisyah terseleseikan. Memang saya buatkan alat melipatnya untuk ukuran baju anak-anak. Rapikah? Ya tergantung standarnya, bagi saya asal bisa masuk lemari okelah daripada menggunung begitu saja. Ada juga hasilnya yang belum dibalik, gapapalah, pikir saya nanti dibalik waktu memakaikannya. :D



#Level2
#KelasBunSayIIP
#MelatihKemandirian

Senin, 27 Februari 2017

-8- Mengajari Anak Cebok Sendiri


5 Desember 2016 lalu anak sulung saya sudah berumur lima tahun. Jebol status saya sebagai emak tiga balita. Selangkah demi langkah mengajarkan kepada anak-anak kemandirian. Mulai dari toilet traning, belajar makan sendiri, mandi sendiri, dll. PR saya kali ini adalah mengajari anak cebok sendiri. Kalau cebok habis BAK sepertinya gampang ya tapi kalau habis BAB koq bagi saya agak-agak rumit ya :D

Meskipun tidak ada batasan pasti umur berapa anak harus bisa cebok sendiri, menurut saya belajar hal ini harus diagendakan. Pendapat saya anak harus bisa cebok sendiri kalau bisa ya sebelum masuk SD lah ya. Tak perlulah itu syarat bisa membaca untuk masuk SD cukup bisa cebok sendiri :-P

Nah oleh karena itu mulai hari ini, saya ajar si sulung cebok sendiri. Beberapa hal yang saya lakukan antara lain :

1. Memberitahu bahwa kotoran ini najis dan harus dibersihkan. Jelaskan semudah mungkin
2. Mengajarkan cara menbersihkan dengan benar, bilas yang benar pakai sabun, bilas berulang-ulang
3. Mengajarkan cuci tangan setelahnya dengan sabun
4. Membantunya, membersihkan ulang sekalian ngecek sudah bersih atau belum
5. Memberi pujian

Nah dimulailah hari pertama. Surprise..! Si sulung ga mau alasannya ga nyampe tangannya. Surprise kedua..! Ternyata dia merasa jijik memegang duburnya. Oke.. dibujuk-bujuk akhirnya mau, meski masih tetap bunda yg siramkan airnya.
Ayok semangat yuk..
kita lihat hari-hari selanjutnya

#level2
#kuliahbunsayiip
#melatihkemandirian