link

Selasa, 08 Maret 2022

Pesona Ceria Pulau Labengki


Bekerja sambil berwisata adalah salah satu keuntungan menjadi pegawai BPS. Bagi mereka terutama yang gemar traveling, berhasil menjangkau wilayah yang jauh dan sulit merupakan kepuasan tersendiri. Pada pelaksanaan survei andalan BPS yaitu Susenas Maret dan September 2018 ini, salah satu blok sensus yang terpilih menjadi sampel terletak di desa yang merupakan destinasi wisata, Pulau Labengki. Moment seperti ini menjadi salah satu nilai plus menjadi insan BPS, bisa bekerja sembari menikmati cantiknya alam yang menjadi salah satu aset nusantara tercinta. 

Rabu, 28 Februari 2018

-27- Anniversary

“Sebentar dong Kak, saya ini masih masak, beresin kamar, ngeluarin pakaian dari mesin cuci, menjemur, bla bla bla dst dst,,”
“Aduh gimana sich, koq baru sekarang bersihin mobil, dah mau telat ini, bla bla bla”. Padahal telat karena sayanya mbulet di rumah ga selesei-selesei”
“Dilan, yang berat itu bukan rindu tapi diomelin istri”, haha mungkin begitulah batin suami.
Bukan seberapa lama kita mengenalnya tapi seberapa siap kita menerima kelebihan dan kekurangannya.
Tidak lebih dari dua bulan dari saya tahu orangnya, tiba-tiba sudah jadi suami.
Malam rabu kemarin dia tanya, “tahun lalu ngapain ya pas tanggal begini?”
Saya lirik kalender di HP, lalu saya jawab, “Kita’ *) sibuk di kantor, kalau saya mah sama anak-anak”.
Terus anniversary sekarang kita kemana?
Alhamdulillah, hari selasa lalu kita bisa jalan berduaan. Meski ekor sudah banyak kata para pakar, jalan berduaan harus lho,,
Seharian penuh kita jalan sama-sama, kemana? Pengawasan lapangan updating susenas, ke tempat yang jauh, hahaha..
Seru ga seru, entahlah,,
Itulah enaknya suami istri kerja di tempat yang sama. Sempat saya protes karena dia yang tangani seksi sosial, “kenapa saya di kasih pengawasan yang jauh?”, hmmm,, jadi saya harus berani bawa kendaraan sendiri lewat jalan kelok-kelok dan jauh gitu?”
“Ga usah, selama masih bisa diantar, kuantar”
“Bisa juga digantikan”, begitu saya menimpali,,
Sepanjang perjalanan pulang, kita malah ngomongin KSA, ngomongin model estimasinya gimana?. Walah,, saya tidak minat, meski background kami sama. Seru ga seru, begitulah kami merayakan anniversary.
Alhamdulillah,, tujuh tahun merajut asa bersama. Yang mengganjal pikiran saya adalah, anak-anak juga bertumbuh besar. Kadang serasa mau bilang, Nak tunggu sebentar tumbuhnya,,. Serasa berkejaran dengan waktu.. sementara ilmu bunda masih cetek banget.

*) Kita' = kamu, sebutan halus untuk daerah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara



#MenulisAsyikdanNahagia
#PerempuanBPSMenulis
#15haribercerita
#Hari5


Sabtu, 17 Februari 2018

-26- Seminar WAG "Produktif Membunyikan Data Melalui Opini"

Sore ini, 17 Februari 2018, Komunitas Perempuan BPS Menulis kembali mengadakan seminar WAG dengan tema “Produktif Membunyikan Data dengan Menulis Opini” yang dibawakan oleh mbak Tasmilah. Seorang ibu lima anak yang sudah menelurkan 69 tulisan opini yang termuat pada 14 media lokal maupun nasional dalam kurun waktu dua tahun terakhir ini.

Seminar akan dimulai dari jam 16.00WIB, berarti kalau di WITA jadinya jam 17.00.
Alhamdulillah cuaca sore hari tadi cerah, tidak seperti kemarin yang hujan deras selepas asar. Saya biasanya memberitahu pak presiden rumah tangga kalau mau ada seminar WAG, jadi sudah tahu dan saya biasanya akan ngumpet sejenak dari hiruk pikuk anak-anak.

Sudah Niat dari siang kalau saya harus seleseikan masak untuk makan malam sebelum jam seminar dimulai. Meski agak lewat, alhamdulillah belum lama. Cemilan sore dan masakan makan malam sudah siap, waktu yang tepat dimana tiga bocah lucu pada main di luar sama bapaknya, mau bikin ayunan katanya.. Mulailah mantengin grup WA yang super keceh ini.

Mbak Tasmilah memulai paparannya dengan tahapan menulis opini,

A. Proses Menulis Opini
1 menentukan tema yang aktual,
2. menentukan sudut pandang (angle) atau perspektif .
3. mencari dan menggunakan referensi/rujukan, pendapat para ahli.
4. memulai menulis , memetakan dan mengidentifikasi masalah, membahas permasalahan yang sudah diidentifikasi , sampai membuat konklusi.

B. Menentukan tema Aktual dapat dilakukan dengan cara:
1. Amati berita headline koran-koran utama yang memiliki reputasi baik setiap hari selama 4 hari
2. Amati berita TV berita selama seminggu.
3. Baca situs-situs berita mainstream, seperti kompas.com, detik.com, vivanews.com dll.
4. Ikuti berita yang dimuat berulang selama 3-4 hari.

C. Struktur Tulisan Opini
1. Judul
2. Pendahuluan
3. Pembahasan
4. Kesimpulan

atau

1. Judul : Singkat, padat, jelas (3-5 kata)
2. Pembuka (lead) : merupakan kalimat atau paragraf pembuka yang mengajak, menggoda, mengusik pembaca agar terus membaca sampai tuntas.
3. Penjelas (Batang Tubuh)
4. Penutup (ending)

D. Menyusun Alinea
1. Satu alinea biasa mengandung satu pokok pikiran
2. Uraikan inti masalah dengan singkat (3-5 kalimat)
3. Sifatnya, apakah menanggapi opini orang lain atau mengajukan opini tersendiri?
4. Uraikan pokok pikiran utama (main idea) menjadi beberapa pokok pikiran penunjang/turunan
5. Hubungkan satu alinea dengan alinea selanjutnya dengan jembatan pikiran (bridging) yang kuat
6. Hubungan antar alinea bisa bersifat: kronologis (waktu), spasiologis (ruang), dan kausalitas (sebab-akibat)

E. Pentingnya Data
1. Data penting untuk memperkuat pendapat yang diajukan, apalagi BPS merupakan gudangnya data. Penulis dari BPS diuntungkan dengan ini. tiap bulan BPS selalu merilis data. ini bisa menjadi ide untuk menulis tiap bulan.
2. Referensi penting untuk menunjukkan bahwa semua pendapat yang sama/berbeda sudah dipertimbangkan.

D. Edit
1. Selesaikan draf, apapun bentuknya, tulis aja apa yang ada di kepala sampai bener-bener mentok..
2. Endapkan tulisan awal selama beberapa waktu, cari inspirasi/kesibukan, perhatikan deadline.
3 Tinjau ulang draf awal dan periksa dari segi substansi, struktur argumentai, atau gaya penulisannya.
4. Bisa meminta pendapat atau masukan dari teman sebelum dikirim ke redaksi. Kalo saya seringnya minta bantuan ayang mbeib untuk baca opini sebelum saya kirim. Tapi karena background pendidikan
kita beda, doi mah ho-oh ho-oh aja.😂

E. Buatlah Profil menarik
1. Biodata yang memuat pendidikan dan pekerjaan kita, ini untuk menunjukkan kompetensi kita sebagai penulis. Contoh Tasmilah. ASN di BPS, Pendidikan DIV statistik Ekonomi. kalo perlu tulis juga penulis opini di Kompas, Suara Pembaruan, Suara Merdeka, Radar Banten, dst.
2. Alamat yang mudah dihubungi, scan ktp, foto, dan norek npwp (jika koran nasional)

F. mengirim Ke Redaksi, contohnya seperti di atas

G. Praktek Menulis Opini
Opini mengajukan Opini Sendiri
Opini yang menanggapi opini orang lain.

Berikut saya cuplikan dari sesi tanya jawab ya,,

1. Eko Hermawati_Magelang_ Mbak Tasmilah dulu pas SMA 1-2 bukan? Bagaimana menjadi pribadi yang pas SMA biasa saja, sekarang luar biasa?

~>mbak eko, ini kakak kelas saya di sma 3 magelang, jadi tahu betul bagaimana kendesoan saya,,mungkin dulu karena sy merasa orang desa jadi mau ngapa2in udah minder duluan, merasa tidak bisa, yang lain saja. rasa percaya diri agak muncul waktu kuliah.
menulis ini juga karena merasa jenuh dengan kerjaan yang sama tapi terus menerus, ibaratnya mengulang kerjaan setiap tahun. sy harus merubah, kenapa ga mencoba nulis ya? kalo nulis kan otomatis harus membaca dulu. mau kuliah lagi juga masih repot dengan lima bocils, apalagi prinsip keluarga kami harus selalu bersama kemana2. belum luar biasa juga mbak, masih harus banyak belajar. kmrn itu tembus kompas krn lagi ketemu sama momentumnya saja.

2. Rahayu_BPS Kaltim_Bagaimana biar PD dalam membunyikan data?? Tips nya bagi2 dunk

~>tadinya saya juga tidak pede mbak, bahkan takut kalo2 opini saya ini salah, jangan2 pendapat dari bps bukan begitu, apalagi saya nyantumin nama besar BPS. tapi saya pikir2 lagi, udahlah tulis saja nanti kalo ada yang salah atau komplain, tolong saya dikasih tahu yang benar bagaimana. saya masih belajar. dan saya rasakan memang benar, dengan menulis ini jadi merangsang saya untuk membaca BRS atau publikasi2 lain diluar kerjaan rutin saya.
idealnya sih memang sebelum kita kirim ke media, kita minta tolong ke temen yang paham akan data tsb untuk membacanya dulu, kali2 ada koreksi atau masukan.
tapi juga kita paham, temen2 kita juga tidak kalah sibuk dengan kerjaan rutinnya.
dan uji nyali yang pertama mungkin bisa dimulai dari koran lokal.
3. Nur Laila_BPS Kab.Brebes
a. Mba tas, apakah menjadwalkan setiap harinya untuk selalu membaca koran atau bacaan lainnya utk bahan opini? Apakah hal ini harus dijadwalkan untuk bisa memulai menulis opini?
b. Bagaimana menentukan opini kita masih cukup aktual untuk diajukan ke media? Karena kita kan menulis topik opini berdasarkan berita yang sedang inn dan kita butuh waktu menulis dan mengumpulkan data2 penunjang. Sehingga mungkin ada jeda waktu antara masa2nya berita2 tersebut sudah tidak tayang lagi di media.

~>
a. saya tidak menjadwalkan membaca mbak, motong kuku anak-anak aja kadang lupa, tahu2 udah panjang aja 😂. tapi saya lebih suka baca berita daripada buka fb, lebih suka baca twitter atau berita onlen. apa yang lagi jadi topik kekinian. inipun bukan waktu khusus, seringnya sambil ngeloni yang kecil. kalo ada yang penting atau menarik saya skrinsut dulu. sambil buka2 data yang berhubungan dengan topik tadi.
b. aktual masih dibicarakan di media. nah inilah perlu kecepatan kita juga untuk menuliskannya. waktu sy nulis tentang beras dan kemiskinan, sy buka2 dulu opini di beberapa koran nasional. kalo udah ada yang nulis di kolom opini, pantang sy kirim ke redaksi tsb. sy pilih koran yang belum memuat opini tentang beras.
yang tadi sy skrinsut n simpan itu saya tulis nanti di akhir pekan. kalo mendesak ya kadang malem nulisnya.

4. Nurin anistikmalia_ BPS Kab Tana Tidung
a. Mbak, apa yang melatarbelakangi Mbak Tasmilah menulis opini, boleh diceritakan?
b. Bagaimana cara membagi waktu antara kantor, anak, keluarga dan menulis? Adakah tips untuk buibu? Kadang seharian kita sudah disibukkan oleh pekerjaan di kantor, lelah dlm perjalanan, smp rumah ada anak dan suami yg menunggu. (pertanyaan yg sama diajukan juga oleh mba risma dr bps prov jambi dan mba kunti dr humas BPS) *pertanyaan yang highly demanded* 😁

~>
4a. latar belakangnya karena saya jenuh dengan kerjaan kantor yang sama dan terus menerus berulang. saya yang di ibu kota provinsi, banyak banget sampelnya dan hampir dilibatkan di semua seksi untuk kegiatan lapangan. bahkan waktu SE masih mernagkap jadi caretaker KSK. kalo begini2 saja saya ga akan maju, maka saya harus berubah, salah satunya dengan menulis.
4a, ga hanya di semua seksi namun juga di TU (sebagai operator simak n persediaan).

4b. saya tidak punya waktu khusus untuk ini itu, ngalir saja. di kantor saya kerjakan pekerjaan kantor. di rumah tidak membawa pulang kerjaan. pokoknya kalo di rumah udah pegang anak. baca-baca beritanya sambil negloni anak itu tadi, karena kalo ngeloni anak kan tidak bisa disambi dengan pekerjaan lainnya. nulisnya di akhir pekan, sabtu atau minggu sampai jam 9. itupun sambil ngawasi anak-anak main juga.kao ga selesai juga ya nanti dilanjut lagi, yang penting ada sedikit yang saya tulis.
pernah saya bilang ke suami, enak banget ya bapak2. banyak banget waktu luangnya tidak digondeli anak2, ehh doi bilang tidak semua yang punya waktu luang juga akan menulis. contohnya aku (suami) sendiri.
ketika saya nulis, seringnya masaknya siang atau bahkan tidak masak sama sekali. dan alhamdulillah suami tidak keberatan.

5. Susanti_Magang Humas BPS
Cara bikin opini kita supaya kaya akan opini yang kredibel dan akurat juga biar ga cuma interpretasi kayak publikasi aja gimana ya?

~>5. sy juga masih belajar kalo yang ini dek san. tapi cara yang paling mudah kita lakukan adalah dengan membaca tulisan opini orang lain. hampir tiap hari saya buka opini kompas, kalo ada tema-tema yang menarik dan ada data bps nya maka akan saya baca dan simpan. kalo perlu tulis ulang opini tadi, ini untuk melatih kita menulis sesuai alur opini. kenapa opini kompas? karena semua tahulah, redaksi kompas sangat ketat, bahkan kita harus bersaing dengan 90an tulisan tiap hari untuk bisa muncul di hal 6 dan 7.

6. Rini_bps prov sumsel
a. bagaimana ttp konsisten menulis ketika lagi gak mood, mbak Tas?
b. kalau kirim ke Koran lokal daerah lain dan Koran nasional, gimana ya mbak taunya tulisan kita dimuat gak, karena kayaknya msh sedikit yg e-papernya gratis? Trs media jg yg sy tau hampir smuanya gak memberitahu

~>6. kalo lagi ga mood, maka saya akan baca opini2 orang lain yang temanya saya sukai. baca lagi dan baca lagi. pernah saking lamanya saya ga nulis, jadi kaku banget. akhirnya yang saya lakukan adalah merubah data dari opini tsb, sedangkan substansinya sama. contoh: korupsi dan partisipasi publik perempuan, saya tulis krn ada anggota dewan yang korupsi. eh setahun kmdn ada aleg lain yang kena ott, lagi males jadi edit tulisan dengan data terkini.
b. kompas n koran sindo nagsih balasan jika tidak muat. untuk koran yang diluar daerah, saya pilih yang ada epapernya jadi bisa ngecek scr online. contoh yng sy pernah muat: analisa medan, balipost, sm, galamedia, bhirawa.


8. Armelia_Bps Aceh_apa boleh kita mbuat opini dengan menggabungkn data yg dari BPS dgn data dari pihak luar BPS?

~>8. menurut saya boleh banget mbak armel, asal mencantumkan sumber datanya terlebih jika variabelnya sama namun datanya berbeda, contoh GK BPS dan GK dari world bank
8. bahkan data dari luar sangat perlu untuk mendukung dan memperkaya opini kita.

9. Risma_BPS Prov Jambi_Berapa lama biasanya Mbak Tas menyelesaikan satu tulisan opini?
~>kalau untuk koran lokal, paling cepat sehari. tapi mulai tahun 2018 ini salah satu resolusi saya adalah untuk menulis di koran nasional, jadi agak lama prosesnya. ke koran lokal tetep ngirim untuk mempertahankan semangat nulis kita. kalo ga muat di koran nasional, dikirim ke lokal, dibuang sayang 😁
tidak banyak target saya di 2018 ini, dalam 1 bulan tembus koran nasional 1 (aamiin) dan koran lokal minimal 2.

10. Tina, BPS Batang
Apakah sebagai penulis pemula lebih disarankan menulis opini di skop provinsinya sendiri atau tidak masalah membahas provinsi lain?

~>10. wahhh berat nih kalo bu tina yang tanya ðŸĪŠ
menurut saya di provinsinya dulu bu, karena kita lebih mengenal kekhasan dari wilayah kita termasuk fenomena ekonomi maupun kondisi penduduknya. meski tidak ada masalah juga jika ingin membahas daerah lain atau skop nasional. yang sering jadi kendala saya, untuk skop regional terkadang datanya tidak selengkap data nasional.

11. Septie wulandary - Jambi –
a. Mbak bagaimana agar opini di koran tidak terlalu panjang tp mengena, baru, ciamik, dan enak dibaca?
b. Mbak, apakah ada keinginan untuk kembali ke struktural?

~>11a. ini saya juga masih harus belajar. yang saya lakukan adalah dengan membaca opini-opini orang lain di kompas.
b. saya sudah tidak ada keinginan untuk kembali ke struktural 😁😌😌. saya sangat menikmati fungsional. apakah fungsional lebih nyantai? tidak, fungsional sama sibuknya dgn struktural, malah lebih banyak lapangannya. mungkin krn sy ada di bps kota.

12. Nur_Aceh_Terima kasih banyak atas sharing ilmunya. Luar biasa materi yang disampaikan. Pertanyaan saya ada 2:
a. Pemahaman substansi data. BPS memiliki data yang beragam dengan konsep-definisi dan metodologi berbeda-beda. Untuk bisa memaknai data tentu perlu pemahaman terhadap substansi data tersebut. Apakah Mba mengumpulkan sekaligus merangkum sendiri data tersebut? Semacam glossary lengkap.
b. Bagaimana menghindari agar opini kita bersifat netral tidak menjustifikasi pihak tertentu atau malah berpotensi menimbulkan polemik.

~> 12.a. terus terang pengalaman di lapangan itu sangat membantu saya. keterlibatan hampir di semua seksi itu menjadi bekal saya untuk menulis. menjadi inda SE, SP, ST menjadi petugas susenas, menjadi petugas HK, sbg kasi distribusi, dan di neraca itu memperkaya wawasan saya tentang data BPS (belum kaya, masih menuju kaya). saya ga punya catatan khusus, pernah sih nulisin di buku gitu tiap ada BRS yang rilis, tp ga disiplin juga. akhirnya setiap ada rilis data, saya donlod n simpan dalam folder tersendiri. jika perlu mudah untuk membuka n mencarinya.
b. yang sy inget pertama adalah bahwa saya menulis dengan mencantumkan nama besar BPS. jadi sebisa mungkin saya tidak akan menjustifikasi pihak atau instansi tertentu. kalopun ada yang tidak sepakat dengan datanya, lebih memilih pemakaian kata yang lebih halus: kurang tepat, kurang lengkap, bisa jadi, dll

13. Alfina_BPS Prov Kalteng dan Lutfi_BPS Kab Sitaro
a. Selain koran dan situs berita, apa lg yg mba baca? Katanya kan sering baca twitter drpd fb. Akun apa aja mba tas yg bagus utk di follow, yg menyajikan berita2 up todate?
b. Mba ada bikin database opini2 orang lain kah? berhubung saya ga suka baca koran hehe

~>13.a. koran itu bacanya topik yang menarik bagi saya aja. pertama saya buka opini kompas.yang sy follow portal berita mainstream seperti republika, tokoh2 atau pakar seperti chatib basri, yuswohady, stretegi bisnis, faisal basri, dll.
b. saya ga bikin database opini orang, kalo ada yang menarik saja saya simpan. dan itu jug masih tercecer kemana2. mungkin setelah ini bagus kalo diarsipkan dalam 1 folder tersendiri ya. makasih masukannya yaa 😊

Bagaimana keren kan? Isinya daging semua 😘😘😘
Semoga saya lebih bersemangat, tidak malah jadi bingung dan ciut nyalinya 😎

#MenulisAsyikdanBahagia
#PerempuanBPSMenulis
#15HariBercerita
#Hari4











Kamis, 08 Februari 2018

-25- Penuhi Kuotamu, Mari Mereguk Ilmu



Hidup di zaman now, ilmu sangat banyak bertebaran di dunia maya. Sekarang juga bisa dengan video call, banyak sekali aplikasi yang menyediakan fasilitas sehingga bisa bertatap muka. Namun, tetap ya dalam menuntut ilmu, lebih utama bertatap muka langsung dengan guru, ketika ada pertemuan, ada tambahan keberkahan yaitu keberkahan pertemuan atau silaturahim.
Kemajuan teknologi memang sangat membantu kita dalam menuntut ilmu, menambah pengetahuan tanpa dibatasi jarak dan waktu, Asal ada dukungan sinyal, maka penuhilah kuotamu dan ayo berselancar menuntut ilmu.
Adanya WhatsApp menumbuhkan banyaknya grup-grup sharing ilmu. Sayapun yang notabene tinggal di tempat yang akses untuk belajar seperti dikota besar sangat tidak memungkinkan, Alhamdulillah bisa mereguknya.
Beberapa grup whatsapp yang saya ikuti, sebagiannya untuk menuntut ilmu. Yach belajar lewat online gitu lah.
Berikut beberapa grup whatsapp yang bisa di coba, agar tetap kekinian (dalam hal ilmu tentunya) :-)

1. Home Schooling Muslim Nusantara (HSMN)
Grup yang berisi dengan ibu-ibu yang menjalankan homescooling untuk anak-anaknya, atau belum HS namun ingin menambah ilmu tentang pendampingan pendidikan anak-anaknya di rumah. Setiap harinya ada materi parenting yang dishare, ada kulwap untuk waktu-waktu tertentu, ada challange yang bisa dilakukan di rumah untuk dikumpul. Komunitas ini dibagi-bagi berdasarkan wilayah tempat tinggal. Mungkin Homeschooling ini berbeda dengan HS-HS lainnya karena menekankan pada pendidikan Islam.
Komunitas HSMN juga memfasilitasi anak-anak untuk belajar secara online, yaitu TAM atau Taman Anak Muslim untuk anak 4-6 tahun dan juga KO atau Kelas Online untuk SD SMP maupun SMA.
Anak saya sempat ikut TAM semester kemarin, kita belajarnya menggunakan aplikasi electa sehingga anak bisa komunikasi langsung dengan gurunya. Seru, namun karena emaknya masih angot-angotan jadi tugas-tugas tidak bisa diseleseikan dengan maksimal
Komunitas dengan Yayasan Generasi Juara yang memayunginya ini, bisa memfasilitasi untuk ujian nasional bagi anak-anak homescooling sehingga mereka bisa mendapatkan ijazah.

2. Institut Ibu Profesional
Grup ini sudah terstruktur sangat rapi. Institut, sama dengan Institut pada perguruan tinggi pada umumnya. Disini kita seperti kuliah, untuk masuk grup ini harus melalui matrikulasi kemudian di tahun pertama kita memasuki kelas Bunda Sayang, ada materi, ada tugas.
Pada akhir pertemuan pada jenjang Bunda Sayang ini, yaitu pertemuan ke 12 kita disuguhi kuliah umum melalui aplikasi wiziq atau virtual class.
Ada juga dibuka rumbel (rumah belajar) berdasarkan wilayah tempat tinggal, seperti rumbel masak, menjahit, menulis, dsb.

3. Tahsin Jarak Jauh
Waktu kuliah dulu di Jakarta, saya sempat belajar di Ustmani, Alhamdulillah sudah sampai Tahfidz. Tapi begitu ke daerah jadilah ‘ambrul adul’. Alhamdulillah ada kawan-kawan yang berinisiatif untuk membentuk kelas jarak jauh. Dalam pertemuan rutin sepekan sekali, kita memakai aplikasi Skype

4. Kursus Menjahit
Sebagai seorang wanita koq ya ada aja yang ‘dipingini’. Salah satunya bisa jahit. Alhamdulillah ketemu kelas online yang cocok. Jadilah kursus menjahit online. Bagusnya karena materinya lengkap, harus setoran tugas jadi kita seperti belajar langsung.
Dalam belajarnya kita memakai facebook.

5. Grup Menulis
grup menulis yang saya ikuti diperuntukkan khusus untuk perempuan di instansi saya bekerja agar bisa menulis, terutama menulis opini di surat kabar.

6. Grup Kajian
Ilmu agama sangat penting, melebihi ilmu-ilmu lainnya, dalam grup ini, biasanya diadakan kulwap kajian tematik dengan mengundang Ustadz/Ustadzah yang mumpuni pada bidangnya.

Seperti pepatah mengatakan, Tuntutlah ilmu dari buaian sampai liang lahat. Itulah beberapa ilmu yang berusaha saya reguk melalui media 'zaman now'

#MenulisAsyikdanBahagia
#PerempuanBPSMenulis
#15HariBercerita
#Hari3

Selasa, 06 Februari 2018

-24- Resep Kepiting

Saya kenal hewan satu ini ketika mulai merantau di Sulawesi. Hewan berkaki sepuluh yang termasuk dalam keluarga crustacea ini hidup di perairan, meskipun kadang-kadang ia jalan-jalan ke daerah hutan bakau.
Sampai sekarang bagi saya hewan satu ini termasuk hewan yang menyeramkan, hihihi, mak rempong ini takut dicapit, dan biasanya para penjual di pasar menjual dalam keadaan hidup.
Dulu diawal saya kenal hewan ini, meskipun kata orang rasanya maknyus, saya takut makan karena ragu halal atau haramkah ini hewan, ketahuan banget yak kalau ga pernah baca-baca.
Ternyata MUI tahun 2002 sudah mengeluarkan fatwa akan kehalalan hewan, anugrah Allah yang satu ini.
Ngalor-ngidul ngomong kepiting begini mau apa sich?
Yap, saya mau berbagi resep aja Mak.
Ceritanya hari ahad kemarin pergi kepasar dan seperti biasa para krucil ikut mengawal. Di pasar sebenarnya saya malas beli kepiting, selain takut saya malas membersihkan kepitingnya.
Tapiii, pengawal yang bernama Umar tidak mau beranjak dari depan penjual kepiting, katanya mau makan kepiting, sampai-sampai penjualnya bilang, “Mau sekali kepiting itu anaknya”.
Akhirnya belilah kepiting, Rp 35.000,- dapat 7 ekor lumayan besar dan masih hidup. Sampai rumah ada adegan lepas satu ekor segala.
Ahhh,, masih juga ngalor ngidul ini, sedikit berbagi resep aja ya Bund Capinshol

Bahan
-Kepiting 4 ekor
-Bawang merah 5 biji
-Bawang putih 4 biji
-Kemiri 4 butir
-Tomat 2 biji
-Jahe
-Lengkuas
-Daun jeruk
-Sere
-Garam

Cara buat
-Cuci kepiting, siapkan kukusan kemudian panaskan, kepiting langsung dikukus
-Setelah menjadi merah, matikan api kemudian sikat kepiting, saya pakai sikat gigi
-Haluskan bawang merah, bawang putih, kemiri, jahe, lengkuas, tomat dihaluskan namun dipisah
-Tumis bumbu halus, masukkan daun jeruk, sere
-Masukkan kepiting, aduk pelan-pelan
-Masukkan tomat
-Tambahkan air
-Tambahkan garam
-Tunggu sampai matang


Alhamdulillah, semuanya suka dan nambah-nambah

#MenulisAyikdanBahagia
#PerempuanBPSMenulis
#15HariBercerita
#Hari2

Sabtu, 03 Februari 2018

-23- Toilet Training

Toilet Training, Pengenalan fitrah seksualitas pada anak

Jadi emak-emak itu ya,, penuh drama, mulai dari drama melahirkan, drama menyusui, drama tumbuh kembang anak, drama toilet training dan drama-drama selanjutnya.

Pengen cerita bagian toilet training ini dech
Mempunyai anak tiga seperti deret angka itu merasa, baru kemarin koq sekarang diulang lagi. Masalah toilet training ini di zaman now memang agak pelik.
Seperti ibu saya sering cerita, waktu kamu kecil dulu, ga ada tu pampers ya sebisa mungkin sedini mungkin harus segera bebas dari dunia perpipisan ini. Makanya ada istilah ‘tatur’, asal kepala bayi sudah bisa tegak latihan bisa dimulai. Mudah? Jelas tidak tapi berdasarkan cerita-cerita ibu zaman dulu, anak-anak mereka sukses toilet training lebih dini.

Saya sebagai ibu pekerja, paling tidak bisa mendelegasikan masalah satu ini ke penjaga anak-anak. Waktu anak pertama TT, saya lagi cuti melahirkan anak kedua, saat anak kedua TT, saya lagi cuti melahirkan anak ketiga. Nah pas anak ketiga ini bingung mau kapan,, ga ada moment nya cuti melahirkan. Akhirnya awal januari lalu saya ambil cuti, hampir dua mingguan. Disitulah saya mulai TT anak ketiga. Anak ketiga ini lebih cepat dalam hal komunikasi/bicara jadi Alhamdulillah tiga hari sudah nampak hasilnya untuk BAK, untuk BAB sampai sekarang masih sering kecolongan. Meskipun pencapaian ini belum sampai ke bisa membersihkan sendiri hanya sebatas bilang dan berhasil tanpa basah di celananya.

Apa sebenarnya toilet training?
Toilet training adalah mengajarkan anak untuk BAK dan BAB pada tempatnya.
Kapan waktunya?
Para ahli mengatakan saat anak dan orang tua siap, anak sudah siap mental dan fisik, orang tua siap meluangkan waktunya untuk mengajari.

Ada yang menarik dalam toilet training ini, yaitu pengenalan fitrah seksualitas pada anak. Sambil dicebokin, anak dikenalkan dengan organ paling berharga yang tidak boleh disentuh orang lain kecuali ayah bunda atau orang yang biasa memandikan atau menceboki…dan disentuh ini karena darurat, adek belum bisa membersihkan sendiri.

Selain itu dalam Islam dengan mengajarkan toilet training kita sekaligus mengajarkan tatacara thoharoh atau bersuci kepada anak kita. Dan jangan lupa ketika toilet training kita sambung juga dengan pembelajaran tentang adab-adab buang hajat.

Segitu dulu ocehan tentang toilet training, kapan-kapan disambung dech,,

#MenulisAsyikdanBahagia
#PerempuanBPSMenulis
#15HariBercerita
#Hari1

Jumat, 22 Desember 2017

-22- Qodarullah,,, Selamat Hari Ibu

Beberapa waktu yang lalu, di sebuah grup emak-emak ada chat masuk “Kenapa akun FB nya mak INI dinonaktifkan ya?, jadi khawatir nich Mak,, kan biasanya aktif banget di Facebook,,
Pada chat yang lain, emak lain menjawab, “Oh iya, emak INI lagi fokus penyembuhan”
“Astaghfirullah,, sakit apa Mak?”
“Katanya sich lagi nyembuhin emosi kejiwaannya gitu”

Cek per cek, emak yang sangat aktif berbagi di FB itu yang setiap saat ada saja postingannya di beranda karena dia juga seorang pelaku online shop, sedang mengalami depresi. Tidak tanggung-tanggung, sudah tiga tahun lamanya.

Yaa, awalnya cuma stress, tak tersalurkan, lama-lama bertambah kadarnya hingga sampai merasa ingin mengakhiri hidupnya.

Dia menyadari semua yang terjadi pada dirinya, dia ungkapkan kepada suaminya, bahwa dirinya perlu penanganan karena pada dasarnya di dalam dirinya ada yang tidak beres, satu kata DEPRESI. Suaminya menolak keadaan itu, dia yakin bahwa istrinya baik-baik saja hanya emosi sesaat.

Alhamdulillah, akhirnya dia tertangani, pulih sedikit demi sedikit dan akhirnya bisa bercerita banyak kepada kami.

Dia cerita kalau kamu seorang ibu-ibu merasa stress, suntuk galau dan kamu sudah melakukan me time, stress mu belum hilang, waspadalah. Dia selalu menginginkan keadaan seperti dengan harapannya. Dia selalu ingin seperti dulu seperti saat-saat dimana ibunya masih ada, suaminya masih dengan pekerjaannya dulu. Semakin dia berusaha melupakan semua itu semakin rasa itu muncul.

Dia bilang ketika saat-saat stress melanda, dia tak bisa mengurus anak, entah sudah berapa sapu terpatahkan ketika dia sedang depresi melanda. Trus siapa yang urus anak? Suaminya, meski awalnya tak percaya apa yang terjadi pada istrinya namun akhirnya dialah yang mendampingi selama penyembuhan.

Dia mengingatkan, hati-hati Mak dengan sesuatu yang membuat trauma, terutama kepada anak-anak karena ini akan terbawa dan sebagian tidak bisa melupakannya. Selama dia melakukan rehabilitasi dia bertemu dengan orang-orang yang penuh dengan trauma masa kecilnya.

Astaghfirullaahal’adziim..

Saya berkaca pada diri saya sendiri, betapa seringnya saya tak sanggup menahan emosi terhadap anak-anak. Sudah berapa banyak suara meninggi yang diucapkan dari lisan ini, sudah berapa banyak tatapan mata marah yang ditujukan padanya.
Oh Ya Allah, hilangkan dari pandangan dan ingatan mereka kelalaian akan mata, ucapan maupun tangan kami yang menyakiti.

Saya menelisik dalam hati dan diri ini, adakah trauma kecil saya yang belum terlepaskan sehingga semua itu tertumpahkan kepada orang-orang dihadapan saya saat ini yaitu pasangan dan anak-anak. Berpikir.. mengingat.. dan saya rasa tidak ada, lalu apakah ada penyebab lain?

Pesan dari Mak tadi yang sedang kembali menatap dunia baru, Suatu perasaan dimana kita ingin sesuatu yang terjadi sesuai dengan harapan kita, dan kita tidak sanggup jika hal yang terjadi lain dari harapan. Yach.. sering begitu merupakan salah satu sumber kesetressan seorang emak-emak.

Misal seperti apa yang terjadi pada diri saya, saya berkeinginan ketika suami saya mutasi tempat baru sesuai dengan harapan dan angan-angan, ternyata haha,, jauh emak-emak,, Apa yang terjadi? saya sering menggerutu, membandingkan, ya sedikit-sedikit emosi.

Akhirnya saya mulai menyadari ada satu kata yang hilang, apakah itu? QODARULLAH.. Ya Qodarullah Wa Maa Sya a fa’al..
Dalam hal kecil saja misalnya, ketika kita berharap kakak-kakaknya akan tenang ketika kita sudah susah payah menidurkan si kecil agar kita bisa mengerjakan pekerjaan lain dan tiba-tiba terbangun karena kakak-kakaknya lompat-lompat di ranjang, kalau kata Qodarullah tak muncul yang ada adalah emosi dan berakhir marah-marah..
Atau misalnya ketika kita mengajak anak-anak beres-beres rumah karena sebentar lagi ayah pulang dari luar kota, haha ceritanya mau ngumpetin berantakan selama ditinggalkan, ketika mereka sudah siap dan setuju tiba-tiba si sulung berubah pikiran dan mengajak adiknya main sepeda diluar, sang adik tampak ragu lalu berkata, “mau bantu bunda beresin mainan” meski beberapa saat kemudian dia ikut keluar dan dua menit setelahnya terdengar suara tangis menggelegar, di depan pintu sudah ada anak yg dibawa sama tetangga dalam keadaan bibir jontor, mulut berdarah, dahi lecet-lecet ternyata dia nyungsep saat main sepeda,,
Ya Allah seandainya tadi di dalam rumah saja,,, itu yang terpikir kalau Qodarullah tak diikutkan serta.
Gejolak pasti ada sudah kerjaan rumah tak selesei, anak bonyok-bonyok. Marah-marahlah dengan anak sulung. Namun jika Qodarullah yang muncul hati lebih tenang.
Pun saat-saat ini ketika Qodarullah saya ikutkan, ketika saya berusaha sekuat tenaga mengerem kata-kata menggerutu akan tempat tugas yang baru, Allah suguhkan ketenangan dan penerimaan. Qanaah dan rasa syukur yang selalu kita harapkan muncul dalam segala keadaan.

Qodarullah bukan berarti kita pasrah tanpa ikhtiar, ya karena Takdir itu rahasia yang bisa kita lakukan adalah melakukan sebaik-baiknya.
Dalam semuanya hal kecil maupun hal besar seperti mendidik anak. Misal buku-buku parenting sudah kita lahap namun kesabaran tak juga membaik, qodarullah kita harus semangat lagi dalam belajar kesabaran, tenangkan pikiran.

Seperti dalam surat Al Fajr
“Wahai jiwa yang tenang, Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridho lagi diridhoi-Nya, maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah kedalam surga-Ku”

Berharap dengan ketenangan akan menumbuhkan solusi dari segala kegalauan dan kecemasan. Dengan jiwa Ibu yang tenang, jiwa ibu yang selalu mengikutkan kata qodarullah, jiwa ibu yang menyertakan Allah akan lahir ibu sehat jasmani rohani dalam meniadakan trauma jiwa-jiwa kecil yang kita cintai
Murabbi sejati adalah Allah ta’ala, kita seorang ibu hanya fasilitator untuk anak-anak kita tercinta

Selamat Hari Ibu
Semangat Jadi Ibu

Dari Ibu yang masih belajar mengikutkan kata Qodarullah,,

Wanggudu, 22 Desember 2017

#MenulisAsyikdanBahagia